Prioritas Utama Hidup …
Sobat, Janganlah kita melupakan prioritas pertama dan utama dalam hidup kita untuk menjadikan Akherat sebagai impian dan Allah menjadi orientasi tujuan hidup yang sesungguhnya. “Barangsiapa menjadikan akherat sebagai impiannya. Allah akan menjadikan kekayaan dan rasa cukup dalam hatinya, mengumpulkan yang tercerai-berai darinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai impiannya. Allah akan menjadikan kefakiran di hadapannya, menceraiberaikan urusannya dan dunia tidak datang kepadanya, kecuali yang telah disempitkan kepadanya.”
Demikianlah pesan Rasulullah Saw. Al-qur’an dan hadits mengajak kita membayangkan hari akherat bahwa kaki, telinga, tangan, mata, kulit kita akan berbicara; jadi saksi atas semua perbuatan kita di hadapan Allah SWT. ( Lihat dan baca QS yasin ayat 65 atau QS Fushshilat ayat 20 – 21 ). Visualisasi berpusat kepada Allah ini lebih menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat baik. Saat memvisualisasikan akherat, bertanyalah kepada diri anda sendiri :
· Apakah saya termasuk orang yang bisa menatap wajah Allah atau tidak?
· Apakah aku ahli surga atau neraka?
· Apakah aku selamat melintasi shirat al-mustaqim atau terjatuh?
· Apakah buku amalanku hasil catatan raqib dan atid lebih banyak memuat kisah iman dan amal sholeh atau kekafiran dan kemaksiatan?
· Apakah “ rekaman perbuatanku” yang dilakukan oleh Allah, Rasul-Nya, orang beriman, manusia, diri-sendiri, dan benda-benda yang kita miliki banyak merekam kebaikkan atau keburukkan?
· Apakah tatkala matahari beberapa sentimeter di atas kepalaku, aku termasuk orang yang mendapat naungan cahaya dari Allah atau bukan?
· Apakah ketika air keringat meluap sebatas lutut; dada;hidung; bahkan sampai menenggelamkan kepala, aku termasuk mendapat pertolongan Allah atau bukan?
· Ketika manusia berbondong-bondong meminta syafa’at kepada Nabi, apakah aku termasuk orang yang menerimanya atau justru ditolak Nabi karena kita tidak pernah mengikuti tutunan dan risalahnya?
Nah, jika kita mampu membayangkan semua kejadian di akherat nanti, lalu mengapa kita tidak mampu membayangkan impian hidup kita beberapa tahun yang akan datang? Ingat, salah satu ciri orang sukses adalah dapat memvisualisasikan sebelum segala sesuatu itu terjadi.
Seperti kisah Muhammad Alfatih dan Pasukannya Sang Penakluk kota konstatinopel, Bisyarah ( Kabar dan janji gembira) ditaklukkannya kota Konstantinopel dalam hadits riwayat Ahmad oleh pemimpin dan pasukan terbaik itu sejak kecil telah ditanamkan oleh gurunya, Syaikh Aaq Syamsuddin.
Gurunya selalu menanamkan keyakinan, bahwa yang dimaksud dalam bisyarah itu tak lain adalah Muhammad al-Fatih. Maka, beliau pun selalu merindukan sebagai orang yang dititahkan dalam bisyarah tersebut. 250 ribu mujahidin dipersiapkan untuk mengemban misi besar tersebut. Bisyarah itu pun terus-menerus disuntikkan kepada para pasukannya, sehingga mereka pun rindu menjadi para tentara yang dititahkan dalam bisyarah tersebut.
Pemimpin dan tentara terbaik itu membuat dan melakukan strategi penyerangan yang luar biasa. Dalam semalam, 70 perahu berhasil disebarangkan melalui daratan yang berbukit sepanjang 3 mil. Mulai dari Selat Bosporus hingga ke Tanduk Emas. Penduduk kota yang masih terlelap itu pun berhasil dikepung.Selama 51 hari Muhammad al-Fatih dan pasukannya mengepung Tanduk Emas, tapi belum jatuh juga. Pada saat seperti itu, ada nasehat untuk menarik segera pasukan, seperti yang dilakukan oleh Khalil Pasha. Bahkan, mereka mengatakan, “Engkau telah menjerumuskan pasukan dalam jumlahyang sangat besar pada pengepungan ini, karena menuruti perkataan salah seorang syaikh. Lihatlah, banyak tentara yang gugur, dan banyak persenjataan yang rusak. Kemudian lebih dari itu, kini datang bala bantuan dari negara Eropa yang masuk ke dalam benteng. Namun belum ada titik terang penaklukan kota ini.”
Suara itu segera dibantah oleh Zughanusy Pasha. “Tidak, sekali lagi tidak, wahai Sultan.. Kita ke sini tidak ada tujuan lain, kecuali mati, dan bukan untuk pulang kembali… Hati kita, hendaknya kokoh laksana batu karang. Kita wajib meneruskan perjuangan ini. Tanpa harus dihinggapi sifat lemah dan kerdil. Kita telah memulai satu perkara, maka kita wajib menyelesaikannya. Kita wajib meningkatkan serangan. Kita wajib membuka perbatasan. Kita harus meruntuhkan keberanian mereka.Maulana al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin, guru Muhammad al-Fatih, yang hadir bersama mereka pun mengatakan, “Perang wajib dilanjutkan, dan dengan kekuatan Dzat Yang Maha Agung, maka kemenangan akan segera tercapai.
Sebelum serangan umum, Muhammad al-Fatih datang kepada gurunya, meminta diajari doa, yang dengannya Allah akan memberikan taufik kepada beliau.Hari Senin, 19 Jumadil Ula 857 H, bertepatan dengan 28 Mei 1453 M, pemimpin dan pasukan terbaik itu pun melakukan puasa Senin-Kamis. Setelah berbuka, Selasa dini hari (tepatnya jam 1), tepat pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H atau 29 Mei 1453 M, pasukan ini pun melakukan serangan umum. Pada hari itulah, kota Konstantinopel akhirnya jatuh ke tangan tentara yang dipimpin oleh Muhammad al-Fatih, yang baru berusia 24 tahun. Subhanallah, Allahu Akbar. Kota yang dirindukan oleh para sahabat itu pun akhirnya dititahkan jatuh ke tangan seorang pemimpin belia. Di kota inilah, Abu Ayyub al-Anshari sengaja berziarah, wafat dan dimakamkan di sini.
Sobat, apa yang bisa kita ambil hikmah dalam kisah di atas?
1. Bisyarah tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan. Maka yakin saja tidak cukup, tetapi harus ada usaha, agar bisyarah itu terwujud.
2. Bisyarah tersebut bisa diwujudkan melalui hukum sababiyah (hukum kausalitas).
3. Namun, semuanya itu benar-benar akan terwujud, hanya karena izin dan pertolongan Allah SWT. Bukan semata karena ketepatan hukum kausalitas dan kehebatan SDM-nya.
4. Izin dan pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang menolong-Nya. Yaitu, orang yang paling baik imannya, dan paling baik amalnya. Kehidupannya bersih dari perbuatan maksiat, dan dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah SWT.