Menyikapi Hidayah …
Pengamatan terhadap manusia ketika menyikapi hidayah terbagi menjadi empat,yaitu:
1. Tipe gelas tertelungkup
Tipe manusia seperti gelas tertelungkup yaitu bila air adalah hidayah yang datang dan gelas adalah manusia dan tertelungkup adalah sikapnya, maka air tidak akan pernah masuk kedalam gelas dalam keadaan tertelungkup bila air dituangkan.
Tipe ini dimiliki oleh orang- orang kafir yang menutup diri dari kebenaran. Jangankan memahami kebenaran, mendengarkan saja mereka tidak mau. Sikap seperti ini berlangsung terus-menerus hingga hati mereka semakin mengeras dan membantu, hidayah jutaan kali menghampiri tapi tak bergeming dan bergeser hingga ajal datang tanpa hidayah menyertai.
2. Tipe gelas bocor
Tipe Manusia seperti gelas bocor adalah tipe manusia yang mau mendengarkan petunjuk akan tetapi tidak diyakini, dipahami, apalagi diamalkan. Tipe ini dimiliki oleh orang-orang munafik. mereka bisa jadi sering mendatangi majelis ilmu, akan tetapi tidak didasari oleh motivasi yang benar. Mereka datang hanya formalitas, atau dorongan materi, atau bahkan dorongan emosi.
Hidayah tidak mendekam lama dalam hati karena mereka memang tidak mau memahami dan menyakini hidayah yang datang. Saat berbicara bukan berasal dari sanubari yang dalam akan tetapi hanya bersumber dari tenggorakan. Meraka berbicara hanya basa-basi dan tidak melahirkan kenyataan dalam hidup. Ketika Islam menuntut pengorbanan, mereka pertama kali yang acuh tak acuh dan tidak peduli, bahkan mengabaikan tuntutan tersebut.
3. Tipe gelas penuh berisi
Tipe manusia seperti gelas penuh berisi adalah tipe manusia yang mau mendengarkan hidayah tapi tidak diambil secara keseluruhan karena ada hal lain yang memenuhi isi hatinya, apakah kesombongan (merasa pandai, berkuasa, dan terhormat) atau dosadosa yang masih dilakukan.
Tipe manusia seperti ini adalah orang muslim yang fasiq dan dzalim, sulit dalam menerima kebenaran dan sering kalah dengan hawa nafsunya. Kadang kebenaran menguasainya, kadang hawa nafsu yang menguasainya.
Bila diingatkan tidak segera sadar, baru sadar bila diingatkan dengan cara yang tegas dan gamblang seperti tertimpa bencana besar. Bila beribadah seadanya, tidak sungguh-sungguh, tidak stabil bila ditimpa musibah.
4. Tipe gelas kosong terbuka
Tipe manusia seperti gelas kosong terbuka adalah tipe muslim bertakwa. Tipe manusia yang mudah dalam menerima hidayah , peka dengan kebaikan, mampu membedakan yang baik dan buruk.
Bila salah diingatkan segera sadar, tidak menunda taubat. Bila diseru menjalankan syariat Allah segera menaatinya, bila diperintah segera melaksanakan, bila dilarang segera meninggalkan.
Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang ia kehendaki. Akan tetapi kehendak Allah tidak mungkin bertentangan dengan firmannya sendiri.
Allah memberi petunjuk melalui dua hal yang saling berkaitan antara keduanya yaitu wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan akal. Wahyu tanpa akal tidak bisa dipahami dan akal tanpa wahyu tidak paham kebenaran.
Adanya wahyu tidak secara otomatis membuat manusia mendapat hidayah seluruhnya karena ada yang menutup diri dari wahyu, menjauhinya, bahkan memusuhinya. Demikian pula dengan adanya akal tidak membuat manusia hanya condong kepada hidayah. Wal hasil, hidayah masuk pada diri manusia, bila memenuhidua syarat,yaitu:
1. Hidayah Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) harus sampai kepada manusia. Diutusnya rasul membawa firman Allah bertujuan menyampaikan hidayah agar tidak ada hujjah/ bantahan lagi ketika pertanggungjawaban di Akherat. Oleh karena itu, Allah menunjuki siapa saja yang dikehendaki dengan wahyu, dan tanpa wahyu tidak mungkin manusia senantiasa dalam petunjuk.
2. Akal ( IQ ) harus di pakai untuk menyakini wahyu dan memahaminya. Tanpa keyakinan bahwa wahyu Allah adalah benar, maka wahyu hanya jadi pengetahuan, bahkan sesuatu yang tidak diperdulikan. Keyakinan bahwa wahyu adalah petunjuk Allah akan lebih mendorong memahami isi petunjuk.
Wal hasil, dapat petunjuk atau tidak tergantung memposisikan akal terhadap petunjuk Allah, menyakini atau mengingkari, menutup diri atau memahaminya.