Senyum itu Ibadah …
Sapa dan senyum itu sedekah & obat awet muda … begitu kata orang bijak. Tebar senyuman merupakan sikap & kebiasaan orang baik & bijak setiap kali berjupa dengan orang lain.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah.” (HR Tarmizi). Demikianlah anjuran Beliau agar umatnya gemar menebar senyuman. Bahkan, para mufasir hadis mengatakan bahwa sedekah yang dimaksud di sini adalah ketenangan hati karena berzikir dan sujud membuat wajah seseorang mudah tersenyum, tenang, tentram, penuh kelembutan, dan akan mendapatkan kedamaian, serta mencerminkan di dalam hatinya bersih dari rasa iri dan dengki. Hal itulah yang menyebabkan oraang yang banyak senyum membuat tetap awet muda. (Syarah Sahih Muslim karya Ibnu Hajr Atsqalani)
Perspektif Ilmiah
Cara mudah seseorang menginginkan tetap awet muda sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw sudah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak pakar.
- Saat senyum, seseorang hanya menggunakan 2 otot saja (bandingkan dengan marah yang menggunakan 13 otot dan bicara yang menggunakan 44 otot). Kondisi ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang hatinya sehat, netral, dan tiada beban. Tersenyum merupakan suatu daya dari kemampuan otak kanan kita yang perlu dilatih dan dibiasakan. Oleh karena itulah, sungguh sedih jika kita bisa tersenyum, tetapi tidak mau berbagi senyum, sedangkan mereka yang menderita kelainan saraf fasial atau parkinson ingin tersenyum, tetapi tidak bisa tersenyum.
- Senyum mampu melenturkan kulit wajah sehingga otot-otot yang digunakan untuk tersenyum ikut membuat Anda terlihat lebih muda. Ketika seseorang tersenyum, betapa pun sedang tidak bahagianya orang tersebut, maka otak akan mengeluarkan sejumlah zat kimia (endorphins/pereda rasa sakit secara alami dan serotonin) yang tidak hanya meningkatkan sistem kekebalan tubuh, tetapi juga membuat perasaan menjadi tenang, tentram, nyaman, dan bahagia atau memberi daya angkat beban jiwa bagi kondisi psikologis seseorang.
- Senyum membuat seseorang tampak sukses dan lebih percaya diri dalam menjalani hidupnya.
.
[ Sumber: Majalah Furqon, edisi 130, Th. XIII/September 2015 ]