UPACARA YAA-QOWIYYU (SAPARAN ) = MAHA KUAT
Awal Januari lalu sebanyak 450 ribu kue apem disebarkan dalam upacara adat “Yaa-Qowiyyu” yang diselenggarakan di Sendang Plampeyan, Kelurahan atau Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Ewonan warga katingal jejel riyel ngestreni pucaking pahargyan Saparan Yaaqowiyyu ingkang dipun tandhani kanthi kirab gunungan apem dhateng pasareyanipun Kyai Ageng Gribig, ing Kecamatan Jatinom, Klathen, Jawa Tengah. Warga ingkang dhateng mboten namung saking Klathen kemawon, ananging ugi saking tlatah Jawa Tengah lan Jawa Timur.
Wiwit enjing warga sampun dhateng ing pasareyanipun Kyai Ageng Gribig ing Kecamatan Jatinom. Kajawi ngintun, warga ingkang dhateng ugi kepengin pikantuk apem ingkang dipun sebar ing Ngoro-oro Tarwiyah, wewengkon pasareyan kasebat. Kadosta Yani, salah satunggaling warga saking Jepara, ingkang ajeg saben taun tansah dhateng ing Jatinom nalika pahargyan Yaaqowiyuu.
Salebeting pahargyan Yaaqowiyyu panitia damel watawis 5 ton apem. Nalika apem wiwit dipun sebar, warga lajeng sami rebatan apem. Mboten sekedhik ingkang ngantos dhawah lan kapidak warga sanesipun. 520 aparat dipun kerigaken kangge njagi rancaging upacara adat Saparan Yaaqowiyyu. Kajawi punika ugi dipun samektakaken tim Gegana kangge ngawekani menawi dumados teror bom kados taun saderengipun.
Upacara sebar apem tersebut merupakan tradisi masyarakat Jatinom sejak zaman Mataram Islam oleh Kiai Ageng Gribig dalam penyebaran agama Islam. Pada 2012 ini dihadiri puluhan ribu orang yang memperebutkan kue apem.
Masyarakat yang mengikuti sebar apem di Sendang Plampeyan Jatinom, mulai berdatangan sejak pukul 10.00 WIB hingga selesai sekitar pukul 15.30 WIB.
“Acara upacara sebar apem dimulai sekitar pukul 14.00 WIB atau sehabis shalat Jumat di Masjid Gede di Jatinom,” kata Kepala Desa Jatinom Suharji di sela upacara.
Menurutnya, prosesi upacara diawali dengan dua gunungan kue apem yang sebelum disebarkan, diarak dari Masjid Gede hingga ke lokasi di Sendang Plampeyan dan secara simbolis dibuka Bupati Klaten Sunarna.
Para santri mengenakan baju warna putih lalu mulai menyebarkan kue apem yang sudah dipersiapkan di dua panggung di lokasi tersebut. Ada sekitar 450 ribu apem atau sekitar lima ton yang disebarkan ke masyarakat.
Pengunjung mengikuti sebar apem tersebut yang datang dari berbagai daerah di Surakarta. Mereka dengan sabar mau menunggu di bawah panggung sejak pagi untuk memperebutkan kue apem.
“Upacara adat Yaa-Qowiyuu yang berarti Maha Kuat. Hal ini, sudah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat setempat setiap pertengahan bulan Sapar, mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama Kiai Ageng Gribig,” katanya.
Menurutnya, tradisi Yaa-Qowiyyu menurut keyakinan warga sekitar, jika mereka mendapatkan kue apem sebagai barokah.
Upacara Yaa-Qowiyyu agenda tahunan tersebut mendapat penjagaan ekstra ketat oleh aparat kepolisian setempat. Karena, kegiatan yang sama pada tahun sebelumnya telah terjadi teror bom di lokasi upacara meski tidak meledak.
upacara yaqowiyyu atau lebih terkenal dengan saparan yang diselenggarakan di kota jatinom kbupaten klaten adalah acara budaya untuk memperingati kepulangan Ki Ageng Gribig dari Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Upacara saparan diselenggarakan setiap jum’at kedua bulan safar penanggalan jawa. saparan dimulai dengan mengarak gunungan kue apem, kue khas jatinom yang terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan gula kelapa pada hari kamis menuju masjid gede jatinom, yang kemudian gunungan apem di semayamkan semalam di masjid gede untuk kemudian pada jum’at setelah sholat jum’at apem akan disebar kepada penduduk sekitar.
Cara pembagian kepada penduduk adalah dengan cara di lemparkan dari atas menara, yang biasa disebut dengan sebaran apem.
Riawayat sebaran apem
Pada saat Ki Ageng Gribig yang merupakan penyebar agama islam di daerah jatinom dan sekitarnya pulang dari tanah suci makkah, istri beliau membuat kue apem untuk menghormati para tamu yang hadir pada penjemputan Ki Ageng, yang kemudian menjadi tradisi hingga saat ini.
Ki Ageng Gribig merupakan penyebar agama Islam di Jatinom yang berasal dari magribi, maroko, yang bernama asli Syeh Maulana Malik Magribi yang data ke nusantara bersama dengan sunan Gresik alias syeh maulana malik ibrahim
Kata Yaaqowiyyu sebenarnya adalah sebuah doa yang diartikan ”Duh Allah ingkang moho kiyat” (Ya Allah, yang Maha Kuat), yang dulu selalu diucapkan oleh Ki Ageng Gribig dan para santrinya saat menyebarkan kue apem.
Ki Ageng Gribig, seorang ulama keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit, untuk syiar agama Islam di tanah Jawa sekitar tahun 1580, membawa oleh-oleh, salah satunya adalah kue gimbal. Kue tersebut kemudian dibagikan kepada anak, santri, dan warga sekitar, karena banyak maka dipotong-potong dan dibagi dengan cara disebar.
Masih belum cukup juga, maka Ki Ageng Gribig memerintahkan para santri untuk membuat kembali kue gimbal tersebut. Karena tidak ada tepung gandum, maka digantilah dengan tepung beras dan jadilah kue yang dinamakan apem. Apem berasal dari kata ”ampunan”, berupa doa agar yang mendapatkan memperoleh ampunan dari Allah. Apem tersebut dibentuk bulat yang mengandung arti sebuah tekat yang bulat dalam mempelajari dan memeperjuangkan keimanan dan keislaman di tanah Jawa..
Bupati mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar yang berada di dua menara segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan pengunjung pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Banyak cara yang dilakukan warga untuk mendpatkan apem, dari membawa jaring, memakai payung sebagai penadah dan banyak lagi. Suasana rebutan apem benar-benar meriah.
Bagi petugas pelempar apem di menara, mereka harus selalu waspada dengan lemparan berbagai barang dari para warga yang merasa kecewa karena tidak mendapatkan apem. Botol plastik, sandal jepit, hingga batu bertubi-tubi menyerang para pelempar apem. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat untuk terus membagikan apem kepada para warga. Dalam waktu singkat 4 ton apem sumbangan dari para warga sekitar habis tak tersisa.
(dari berbagai sumber)
.
.
.
[sumber: http://www.facebook.com/atl.lisan]