[ Behind the Scene ] … Sumpah Pemuda …

 

Di tengah polemik “Mitifikasi” Poetoesan Congres Pemoeda-pemoeda Indonesia yang kemudian digunakan sebagai “alat legitimasi” bagi Soekarno (di era Orde Lama) untuk menyatukan Nusantara.

Kemudian, Poetoesan itu ditetapkan sebagai SUMPAH PEMUDA dan dijadikan sebagai “penegasan” kembali akan konsep & gagasan INDONESIA. Padahal, bila dicermati secara seksama ada beberapa fakta yang menarik, yaitu:

  1. Semua peserta yang hadir adalah hasil didikan kolonialisme Belanda. Rata-rata mereka justru tidak begitu fasih berbicara dengan menggunakan bahasa Melayu [sekarang menjadi bahasa Indonesia].
  2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Belanda – sebagai bahasa pergaulan kaum terpelajar.
  3. Bahasa Melayu saat itu dianggap sebagai bahasa kaum rendahan [kaum yang tidak terdidik & terpelajar], dsb.

Di era Soeharto [Orde Baru], mitos ini kembali dikuatkan untuk menjaga & mengukuhkan  stabilitas NKRI. Bahkan, saat ORDE Reformasi [yang “mengagungkan” DEMOKRASI & Kebebasan Berpendapat] pun, MITOS tersebut kembali digaungkan. Tanpa ada upaya untuk mengungkap FAKTA yang sebenarnya.

 

[ … Tulisan ini disarikan dari hasil wawancara Najwa Shihab dengan beberapa tokoh sejarawan dalam Acara  Mata Najwa – METRO TV 2011 … ]

 

Kini zaman telah berubah, para pemuda terpelajar (mahasiswa, red.) kembali mengumandangkan sumpah mereka.

 

SUMPAH MAHASISWA INDONESIA

KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH

BERBANGSA SATU, BANGSA CINTA KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH

BERBAHASA SATU, BAHASA TANPA KEBOHONGAN

 

[ … dikutip dari Film “Tragedi Mei ’98” … ]

 

.

.

.

…………….. [ … Read More … ] …………….