Percakapan Air Mata
satu-persatu penduduk menangis
tersendat dengan kata; yang terucap
hanyalah duka airmata
‘’Kapan pula derita ini mula?’’ katanya
‘’Mengapa pula harus kami yang disiksa?’’ jeritnya
perlahan benjolan tumbuh di kepala
dan di sukujur tubuh kami
‘’Inikah kutukan yang harus kami terima?’’
kami tak pernah bisa makan
dengan tenang; karena
ikan pergi meninggalkan karang
kalaupun ada ikan di dalam karang
pastilah ia sudah mati terpanggang raksa – Jepang
haruskan minamata terulang
dalam hitungan jaman
kembali kami terdiam; hanya airmata
yang terus bercerita tentang derita kami
di pulau seberang