Berani …

 

Banyak orang yang salah mengartikan kata “berani”. Banyak orang menganggap bahwa penggunaan istilah “berani” hanya pantas disematkan kepada orang-orang yang dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit luar biasa.

Padahal,  semestinya “pemberani itu bukanlah mereka-mereka yang berani mati, apalagi dengan bom bunuh diri melainkan yang berani hidup dengan segala keterbatasan yang ia miliki”.

Beberapa hari yang lalu saya miris mendengar berita seorang pelajar ditemukan meninggal mengakhiri hidupnya setelah gagal mendapatkan cewek (kekasih) yang diidam-idamkannya. Sungguh menyedihkan akhir hidup pemuda ini. Begitu rapuh motivasi hidupnya. Tampaknya tugas Para Motivator sekarang ini semakin menantang saja.

Di sisi lain ibukota, sekelompok supporter bola berkelahi lantaran tidak terima timnya dikatakan “cemen”. Dengan gagah berani, kelompok itu maju berkelahi tidak memperdulikan kematian sangat dekat diri mereka. Mereka menyatakan bahwa mereka adalah pemberani karena mereka tak takut mati.

Fenomena Berani Mati saat ini disalahkaprahkan sebagai sensasi seorang Pemberani. Namun apakah benar Pemberani itu adalah yang berani mati? Justru bukan. Bahkan seorang Pahlawan sekalipun mereka berperang bukan sekedar mencari kematian semata. Melainkan Kesyahidan dimana dalam kesyahidan merekapun mencari kehidupan. Bahkan kehidupan setelah kematian yang mereka percayai. Bahwa mati di medan perang mendapatkan ganjaran sebuah kehidupan abadi nantinya di surga.

“Bukanlah Sang Pemberani yang berani MATI, justru Pemberani adalah mereka Yang Berani HIDUP dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.”* Demikian guru saya pernah memberi nasihat sederhana.

Banyak orang yang gagal kemudian dengan cepat memutuskan bunuh diri. Karena mereka merasa bahwa hidup mereka telah terbatas, Mereka seolah tak memiliki harapan kehidupan. Padahal seandainya mereka mengetahui Harapan itu masih ada. Dan selalu ada

Saya teringat dengan sebuah kisah di buku “How to stop worrying and start Living” karya Dale Carnegie. Di buku itu dikisahkan tentang Earl P Haney yang memilih untuk tetap hidup walaupun dokter telah mencap hidupnya takkan lama lagi karena memiliki kanker usus yang luar biasa ganasnya. Akan tetapi  Earl P Haney telah memilih bahwa dia berani untuk hidup dan tidak berpasrah kepada kematian, maka dia bisa menikmati hidup yang ia miliki.

Dia berprinsip bahwa hidup adalah momen yang paling berharga. Kemudian, dia dapat menikmati kebahagiaan hidup melebihi tahun-tahun sebelumnya. Dia adalah salah seorang yang patut dianggap Pemberani karena dia berani hidup dalam kehidupannya dengan segala keterbatasan yang ia miliki.

Begitu pula dengan kita, sahabat. Kita akan dikatakan pemberani ketika kita tetap tegar menikmati hidup ini. Mungkin benar bahwa hidup tidak selamanya indah, tetapi dengan keberanian dan kebulatan tekad untuk memanfaatkan momen berharga, yaitu hidup & kehidupan, maka kita dapat merasakan indahnya hidup walau di tengah badai ujian yang melanda.