Manajemen Pencapaian Hidayah …

Hidayah tidak cukup hanya berkata-kata akan tetapi membutuhkan upaya meraihnya. Meraihnya bukan dengan sembarang cara akan tetapi melalui pedoman kitab hidayah yaitu Al-qur’an dan As-Sunnah seraya mengunakan alat hidayah, yaitu akal.

Hidayah mendatangi seseorang seperti tamu tak diundang lalu dia menyambut dan mempersilahkan duduk dan kita siapkan hidangan. Begitu pula hidayah datang karena mereka kita undang lalu kita sambut dengan hangat. Apakah hidayah baik diundang maupun tidak diundang akan enjoy dan menunggu sampai selesainya acara kalau mereka tidak kita perhatikan dan cuek terhadap mereka bahkan sinis atau mengusir mereka?

Hidayah datang seperti tamu tak diundang seperti nabi Muhammad yang tidak diharapkan oleh kebanyakan orang quraisy apalagi pembesarnya seperti abu jahal dan abu lahab. Mereka memusuhinya bahkan mengusirnya. Apakah mungkin hidayah masuk kepada diri mereka sedangkan mereka menjauihi, menolak, dan mengusirnya.

Hidayah seperti tamu diundang layaknya seperti orang yang secara sengaja mempelajari al-Qur’an dan As-sunnah akan tetapi tidak menyakini kebenarannya seperti orientalisme barat atau muslim yang belajar Islam tapi tidak sungguh-sungguh dalam memahami dan mengamalkannya. Apakah mungkin hidayah masuk kepada mereka sedangkan mereka menutup diri, tidak yakin dan berpaling darinya.

Oleh karena itu, Allah swt melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah telah memberikan cara-cara memperoleh dan mempertahankan hidayah yang tersebar di berbagai ayat-ayat Alqur’an dan hadits-hadits Rasulullah saw. Di antara cara-caranya adalah:

1. Beriman terhadap segala sesuatu yang diperintahkan untuk menyakininya.

Meyakini keberadaan Allah dan sifat-sifatnya membuat orang merasa diawasi. Pengawasan membuat waspada dan hati-hati dalam berpikir dan melangkah apakah diridhoi atau dibenci Allah, iman kepada malaikat akan membuat kesadaran meningkat dalam menjalani hidup karena yakin akan adanya malaikat yang akan mencabut nyawanya (Izroil), mencatat seluruh perbuatan baik dan buruk (roqib dan atid), menyakini kitabullah akan membuat kejelasan dalam menjalani hidup karena peta hidup yang benar telah dipahami, meyakini Rasulullah akan membuat orang menjalankan sunnahnya sebagai praktek al-Qur’an dalam kehidupan secara gamblang dan nyata hingga mudah diamalkan.Iman kepada hari kiamat membuat seseorang dalam menjalani hidup penuh pertimbangan dan perhitungan karena sadar setiap perbuatan akan diminta pertanggung jawaban. Iman kepada qodho’dan qodar membuat hidup lebih optimis dan stabil karena sadar bahwa disamping kebebasan untuk ikhtiyar tetap dilingkupi oleh kekuatan diluar manusia (Kekuasaan Allah). Keyakinan seperti ini lebih membuat orang tetap memperoleh petunjuk. Sebaliknya, tidak beriman terhadap yang diperintahkan mengakibatkan seseorang tidak memperoleh petunjuk.

2. Sungguh-sungguh dalam memahami agama Allah .

Kesungguhan dalam memahami agama Allah terbukti dengan kejernihan dan kedalaman pemahaman. Kejernihan dan kedalaman diperoleh dari keistiqomahan dalam belajar dan mengajarkan pemahaman.

Kejernihan dan kedalaman pemahaman menghasilkan kejelasan persepsi dan kemantapan jiwa yang mendorong untuk mengamalkannya dalam kehidupan. Memahami agama membutuhkan focus dalam mendengarkan, melihat, dan merenungkan setiap ajaran agama. Keterbukaan dan ketulusan hati dalam menerima ajaran agama lebih mempercepat merasuknya ajaran agama kedalam relung jiwa. Walhasil kesungguhan memahami agama akan memudahkan petunjuk masuk ke dalam diri dan membuat lebih bertahan lama.

3. Sungguh-sungguh dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama.

Kesungguhan terlihat dari ketaatan yang sempurna. Ketaatan yang sempurna terlihat dari ketundukan dan kepatuhan tanpa di tunda. Kesungguhan nampak pula dari keistiqomahan dalam melaksanakan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Kesungguhan dan keistiqomahan(terus-menerus) menghasilkan kepekaan dan kekuatan jiwa (keteguhan), kepekaan terhadap baik dan buruk(furqon) dan keteguhan dalam amal saleh dalam setiap keadaan baik lapang maupun sempit.

Memperjuangkan agama membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan termasuk proses menyatukan perasaan dan pemahaman serta tindakan sekaligus yang mengakibatkan keyakinan  semakin bertambah hingga ringan dan mudah dalam ketaatan sebagai ciri bertambahnya petunjuk.

4. Segera bertaubat dari dosa dan kesalahan.

Segera bertaubat merupakan perkara penting karena taubat tidak akan diterima ketika ajal telah sampai kerongkongan dan bertaubat akan menghapuskan dosa dan membersihkan jiwa. Terus-menerus melakukan kemaksiatan membuat cermin jiwa buram hingga sulit menangkap cahaya kebenaran. Hidayah sulit masuk ke dalam hati karena dihijab (dihalangi ) oleh dosa.

Sebaliknya taubat seperti menghilangkan noda, cermin hati menjadi bersih dan mudah mendapat petunjuk. Dengan taubat hati terbuka terhadap petunjuk Allah dan lapang terhadap kebenaran.

5. Meninggalkan segala sesuatu yang menghalang-halangi masuknya hidayah.

Hidayah tidak masuk ke dalam diri seseorang disebabkan karena ada hijab yang menutup yaitu segala bentuk kekufuran, kedzaliman, kefasikan, kesyirikan, dan kesombongan dan kencintaan yang berlebihan kepada selain Allah.

Kekufuran adalah sikap menutup diri dari kebenaran, kedzaliman adalah sikap berlebihan dari batasan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan Allah seperti mengambil harta orang lain secara batil, kefasikan adalah terus-menerus merasa enjoy dalam kemaksiatan, kesyirikan adalah menduakan dalam ketaatan, dan kesombongan adalah sikap meremehkan orang lain termasuk kebenaran yang dibawanya, adapun kecintaan yang berlebihan kepada selain Allah adalah memprioritaskan atau mendahulukan kepentingan selain kepada Allah. Semua sikap ini menutup hidayah hingga tidak sampai pada jiwa seseorang, pada akhirnya hidayah tidak didapatkan.

6. Mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi di muka bumi.

Pelajaran bisa kita ambil melalui pendengaran dan pengelihatan. Mengambil pelajaran melalui pendengaran adalah dengan memperhatikan segala ucapan atau cerita yang baik dan penuh hikmah. Sedangkan mengambil pelajaran melalui pengelihatan adalah dengan memperhatikan setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan. Kerusakan yang terjadi dalam hidup akan menjadi pelajaran bila mengetahui sebab-sebabnya.

Pengetahuan akan sebab-sebab kerusakan akan mendorong seseorang untuk menjauhi atau menghilangkan seab-sebabnya. Walhasil, mengambil pelajaran pada setiap kejadian dalam tulisan atau bentuk visual mampu menuntun seseorang untuk menjadi baik dan meneguhkan jiwa.

7. Bergaul dengan dengan orang-orang sholeh.

Pergaulan ikut menentukan corak berpikir dan sikap seseorang. Pertemuan yang terus-menerus melahirkan kedekatan dan kepercayaan. Kedekatan dan kepercayaan melahirkan take and give (memberi dan menerima). Hal inilah yang menimbulkan aksi dan reaksi yaitu saling mempengaruhi antar sesama teman baik dalam hal keyakinan, pemikiran, perasaan, maupun perilaku.

Terjadilah proses imitasi (peniruan) secara terus-menerus sampai menjadi kebiasaan bahkan menjadi karakter. Jadi, apakah seseorang punya potensi lebih besar untuk memperoleh petunjuk atau tidak, tergantung pada komunitas pergaulan yang dia ikuti.

Oleh karena itu, Allah swt. memerintahkan bersabar untuk tetap bersama dengan orang-orang sholeh dan melarang bergaul dengan orang yang lupa pada Allah dan hanya memperturutkan hawa nafsunya. Allah juga melarang bergaul dengan orang-orang yang sesat lagi menyesatkan dan tidak sungguh dalam mengamalkan agama, agar tidak terseret aliran arus keburukan mereka.

8. Bersabar

Bersabar artinya menahan diri. Bersabar sangat penting agar hidayah senantiasa melekat dalam jiwa. Bersabar dari musibah menghantarkan pelakunya semakin dewasa menyikapi hidup dan meningkat keimanannya (hidayah bertambah), Jiwanya stabil dan kuat menahan diri dari berpaling dari Allah, betapapun besar dan berat cobaan yang diterimanya.

Bersabar dalam ketaatan melahirkan keistiqomahan di dalamnya baik kondisi sempit maupun lapang, dan bersabar dari kemaksiatan menghantarkan kesungguhan dalam menjauhi kemaksiatan apapun jenis godaan dan rayuannya. Kesabaran seperti inilah akan menghantarkan orang tetap dalam petunjuk hingga akhir hayatnya.

9. Berdoa

Berdoa adalah salah satu senjata orang beriman. Berdoa artinya membangun kedekatan dengan Allah yang maha berkendak dan pemilik segala kekuasaan. Berdoa berarti pengakuan kelemahan hamba dihadapan Allah atas segala keterbatasannya. Berdoa juga bermakna pengharapan yang sungguh-sungguh kepada Allah.

Berdoa penting karena lebih menguatkan jiwa dan meningkatkan optimisme apalagi diulangulang dengan penuh penghayatan. Pengulangan doa menunjukan kesungguhan dan tingginya kepasrahan kepada Allah yang menjadi salah satu sebab lebih terkabulnya doa.

Pengulangan doa sama dengan mengukir harapan dalam jiwa sehingga menambah energi dalam berikhtiyar mencapai isi doa. Doa membantu penguatan jiwa untuk mempertahankan petunjuk yang telah berada pada jiwa.